Friday, 22 December 2017

Lily Panther 6: Dan Bintang-bintang pun Berebutan

Aku diberitahu Om Lok untuk segera bersiap karena seorang pejabat akan datang, seperti bisa kalau pejabat baik itu sipil maupun militer, bisaanya beliau datang saat jam istirahat, biasa Sex After Lunch or Sex During Lunch.
Saat itu aku tak tahu dari mana seorang Jendral atau pejabat punya duit berlebih untuk membayarku, tak terlintas dalam benakku kalau sebenarnya  mereka tidak membayar dari kantungnya sendiri, tapi atas service dari orang lain, kolega, konco KKN, rekanan bisnis atau lainnya. Baru belakangan setelah aku freelance aku tahu semua permainan para pejabat dan pengusaha, terlalu busuk untuk diikuti, tapi toh sedikit banyak aku ikutan menikmati manisnya era Orde Baru.
Tepat pukul 12 siang muncullah sang pejabat, dia diantar Om Lok, seorang Chinese lainnya dan Pak Sam, mereka bertiga berada di kamarku, setelah menemani sebentar kemudian Om Lok dan Chinese satunya meninggalkan kamar.
Meskipun aku tidak dikenalkan siapa beliau, tapi aku langsung tahu karena sebagai pejabat militer di Jatim dia sering muncul di Koran atau TV. Aku tahu namanya Pak Im, beliau lebih memilih berkarir di Sipil, sekarang masih menjabat sebagai pejabat tinggi di Jatim.
“oh ini toh primadona si Lok” begitu komentar Pak Im ketika melihatku yang waktu itu mengenakan gaun hijau berbelahan dada rendah sehingga tampak tonjolan bukit dadaku.
Aku menawari minuman pada mereka berdua, tentu mereka bisa menikmati tonjolan buah dadaku ketika aku membungkuk menyajikan minuman di meja.
Pak Im memintaku duduk di sampingnya setelah aku memberikan minuman, Pak Sam hanya memandangku dengan penuh arti.
“jangan bilang bapak kalau kita udah pernah, pura pura saja kita belum pernah kenal” kata Pak Sam pelan ketika Pak Im sedang ke kamar mandi, padahal Pak Sam sudah lebih dari tiga kali menikmati manisnya tubuhku, sehingga aku cukup akrab mengenalnya.

Lily Panther 5: Gantengnya Tamuku

Dari sekian banyak tamu yang sudah aku layani, baru kali ini aku menerima yang benar benar sesuai seleraku, disamping orangnya ganteng juga masih muda, mungkin 2-3 tahun lebih tua dari usiaku, atau bahkan lebih muda. Menurut catatan harianku, dia adalah tamuku yang ke-58 pada hari yang ke-19 aku bekerja, dan merupakan orang yang ke 24 yang aku layani. Ternyata setelah sekian hari baru terpenuhi harapanku untuk mendapatkan tamu yang sesuai keinginan dan selera.
Namanya Jimmy, karena chinesse kupanggil dia Koh Jim, entah apa kerjaannya sehingga bisa membayarku, yang jelas hanya orang yang kelebihan banyak uang yang mampu, bukan orang yang kelebihan uang pas pasan karena taripku juga tidak murah.
Mulanya aku dingin dingin saja ketika Om Lok memberitahu akan tamuku, karena seperti biasa dia tidak pernah memberitahu detail tentang tamuku yang akan datang kecuali apa yang harus aku persiapkan sesuai permintaan atau tamuku seorang pejabat yang perlu pelayanan khusus. Begitu kubuka pintu kamarku menyambut kedatangannya, aku terkesima takjub akan ketampanannya, mungkin karena terlalu sering melayani orang yang usianya jauh diatasku, maka begitu melihat Jimmy aku langsung tertegun, tak menyangka mendapatkan tamu yang seganteng dan semuda dia.
Dengan agak canggung kupersilahkan dia masuk, entah kenapa aku jadi salah tingkah di depannya, seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, cinta ?? kata kata itu sudah jauh kutanam di dasar batinku yang membatu, tapi apa namanya ini entahlah.
Dia adalah tamuku yang ke 3 hari itu, setelah menemani 2 tamu Chinese seusia papaku  yang Cuma besar nafsu saja dibandingkan tenaganya, aku sama sekali tidak mendapatkan kenikmatan apalagi kepuasan, aku berharap Koh Jimmy mempunyai stamina tenaga muda yang bisa memenuhi hasratku.

Lily Panther 4: Ada Apa Dengan Cinta


Ly, sudah lebih setengah bulan kamu disini, untunglah banyak tamu yang terkesan akan penampilan dan servis kamu, dan banyak yang kembali menjadi langganan tetapmu” kata Om Lok memulai pembicaraan, tidak bisaanya Om Lok mengajakku ngobrol seperti ini, pasti ada yang perlu dibicarakan serius. Bisanya tiap minggu dia memberiku uang hasil kerjaku selama seminggu atau bukti transfer ke rekeningku langsung dia pulang, tapi kali ini lain.
“Emangnya ada apa Om” kataku to the point karena penasaran
“Ly, mau nggak mencoba yang lain?” tanyanya menjawab rasa penasaranku.
“Maksudnya?” aku tambah nggak ngerti.
“Maksud Om, begini.. mau nggak kamu main bertiga, melayani dua tamu sekaligus, uangnya gede lho” jelasnya langsung membuat aku muak mendengarnya.
“Om ini aneh aneh saja, melayani dua laki laki sekaligus kan ribet urusannya Om, mana bisa aku memuaskan mereka berdua secara bersamaan, ntar dibilang servisku nggak bagus, lagian orangnya ada kelainan jiwa kali” tanyaku polos sedikit tersinggung, aku memang sering melihat di VCD tentang sex bertiga, tapi itu aku anggap hanya dilakukan hanya di film dan orangnya pasti punya kelainan atau fantasi yang kebablasan.
“Siapa bilang melayani dua laki laki sekaligus, justru kerja kamu lebih ringan karena orangnya ini akan datang dengan istrinya, uangnya lumayan gede lho”
“Ha?? Om ini ada ada saja, mana ada orang ngajak istrinya untuk selingkuh dengan wanita lain, gila kali” jawabku sewot merasa dibodohi Om Lok.
“Kamu mau nggak?, kalo nggak mau Om kasih ke yang lain, kamu primadonaku selalu mendapat prioritas pertama, yang jelas uangnya bisa dobel sementara kerjamu lebih ringan karena ada wanita lain yang meringankan kerjamu” bujuk Om Lok.

Lily Panther 3: Terjebak Pesona

Hari Minggu seperti biasa adalah hari yang tidak sibuk, tidak banyak tamu yang datang di hari itu, maklum sebagian besar dari mereka lebih banyak dihabiskan bersama keluarga, kecuali mereka yang lagi sedang dinas keluar kota. Hari biasa kuterima rata rata 3-4 tamu tapi kalo di Hari Minggu paling banyak 2 tamu, malah terkadang hanya satu. Selama aku tinggal di hotel tak pernah kulewatkan hari tanpa tamu, tiada hari tanpa tamu. Entah itu karena kepintaran “marketing” Om Lok atau karena kepintaranku melayani tamu, aku tak tahu, tapi sesepi apapun pasti selalu ada laki laki yang memerlukan pelayanan dan kehangatan tubuhku.
Jarum jam baru menunjukkan pukul 7:38 pagi, aku masih terlelap dalam tidur, kemarin tenagaku habis terkuras dengan banyaknya tamu yang memerlukanku, 5 tamu yang datang secara beruntun sejak pagi, hanya berselang tak lebih dari 45 menit tamu berikutnya sudah nongol di depan pintu kamar, benar benar hari yang melelahkan dan baru tidur hampir pukul 3 dinihari.
Telepon berbunyi, biasanya Om Lok membawakan masakan kesukaanku saat Hari Minggu seperti ini sambil menemaniku ngobrol dengan keluarganya, mungkin karena aku primadona yang menjadi andalan (tepatnya sapi perahan) utama maka dia memperlakukanku dengan agak istimewa. Ternyata kali ini dia tidak datang, malahan berpesan akan ada tamu pagi ini, sekitar jam 9 dia akan datang. Mataku masih berat, tubuhku terasa habis memikul beban berat, capek semua rasanya, tulangku seakan copot. Sebenarnya aku berencana memanggil Massage Service yang ada di hotel pagi itu, tapi keduluan instruksi dari Om Lok, dan seperti biasanya aku tak mungkin menolak.

Lily Panther 2: Sang Promotor

      Sebagai seorang wanita penghibur kelas atas, aku harus membiasakan diri untuk menerima segala macam tipe tamu dengan segala keramahan, sesuai kontrakku dengan Om Lok, aku tidak boleh menolak setiap tamu yang dating mencari pelayanan dariku, karena mereka membayar mahal untuk itu. Beruntunglah aku apabila mendapatkan tamu yang sesuai seleraku, tapi itu sangat kecil kemungkinannya.
Kali ini tamuku adalah lagi lagi Chinese seorang promotor tinju terkenal dari Surabaya, bahkan makin terkenal hingga sekarang. Aku memanggilnya Koh Seng, orangnya besar dan gendut, cukup berumur, sekali lagi aku tidak bias memilih orang yang bias bercinta denganku, sejauh mereka bias bayar kenapa tidak ?.
Begitu dia masuk kamar, aku langsung mengenalinya, karena aku penggemar olah raga keras seperti tinju, balap mobil, balap motor dan sejenisnya. Orangnya cukup ramah dan easy going. Tanpa banyak bicara, begitu dia masuk kamar aku langsung menyambut dengan pelukan, tanganku hampir tak dapat melingkar di tubuhnya karena terganjal perutnya, kami berciuman sebentar lalu dia langsung rebah di ranjang. Sambil telentang kami saling bercakap melepas kekakuan dan mencairkan kebekuan suasana, seperti biasa kulakukan pada tamuku yang baru pertama kali ketemu.
Koh Seng mencegahku ketika aku akan membuka gaunku, dia memintaku untuk melakukannya dengan gerakan erotis, mulanya aku menolak halus, tapi setelah di iming imingi tip, aku melakukannya.

Lily Panther – Widya

    Pengantar: Bagi pembaca yang telah mengikuti ceritaku, lupakan synopsis ini dan langsung ke cerita, tapi bagi yang baru “Menemukan” cerita ini diharap mengikutinya sejak awal seri Lily Panther.

Serial ini menceritakan pengalamanku sejak awal mula menjadi seorang pekerja sex (baca: “Lily Panther 01: Selintas Kisah seorang Call Girl”) hingga menjadi seorang call girl yang freelance, termasuk petualangan dengan berbagai macam dan tipe orang, bermacam permainan dan bermacam macam lainnya.
*****
Selama menjalani profesi sebagai seorang Call Girl, banyak pengalaman yang selama ini tak pernah kubayangkan atau hanya bisa kulihat di film porno, tapi kini aku mengalami keunikan demi keunikan atas fantasi manusia, tiada beda antara laki dan perempuan.
Siang itu mobilku sudah meluncur menuju Palm Inn di kawasan Mayjen Sungkono, tempat yang memang strategis untuk sekedar SAL atau selingkuh lainnya.
“Ly, ketemu yuk, kita kan udah lama nih nggak ketemu, kangen deh, ntar siang oke?” begitu sapaan hangat dari Pak Edi, seorang Manager disebuah perusahaan Export Import yang berkantor di Wisma BII, paling tidak sebulan sekali mem-bookingku. Usianya relatif masih muda, hampir 40 tahun menurut perkiraanku.
“Mas Edi mesti begitu, senangnya buru buru, ini kan udah jam 11 lewat berarti sekarang dong” jawabku manja.
“Iya aku lagi judeg nih, dan lagi mumpung ada temannya” katanya
“Tumben kok bawa teman, perlu dicariin cewek lain nggak? atau udah punya sendiri” tanyaku heran, nggak biasanya dia selingkuh rame rame.